Menjadi anak seorang buruh tidak membuat Kaleem ingin berhenti belajar.
Namun sayang, tangannya yang berukuran raksasa membuat gurunya melarang
bocah asal India itu untuk ke sekolah.
Tangan Kaleem memang sudah lebih besar dan panjang dari bayi normal sejak ia lahir. Kini, ukuran tangannya yang semakin membesar hingga 33 sentimeter dengan berat 8 kilogram membuat teman-temannya mengejeknya dan ketakutan.
"Banyak teman yang mengejekku," ujar Kaleem polos pada Mirror. "Aku juga mengalami kesulitan untuk memakai pakaian, mengikat tali sepatu dan menulis. Aku terus dijauhi."
Kaleem dan keluarganya memang tidak bisa berbuat banyak. Orangtuanya hanya mendapat gaji Rp 291 ribu per bulan sehingga mereka tidak bisa membawa Kaleem berobat.
"Kami ingin sekali membawa ia ke rumah sakit, tapi tidak ada uang," tutur ayah Kaleem, Shamim. "Bahkan, saat keuangan benar-benar menipis, istriku terpaksa mengemis."
Dokter mendiagnosis pembengkakan tangan Kaleem terjadi karena peradangan ekstrem atau hamartoma, sejenis tumor jinak. Untuk menyembuhkannya, Kaleem harus dioperasi atau kemungkinan terburuk, ia bisa saja meninggal.
"Aku belum pernah melihat kasus seperti ini dan ini merupakan kondisi yang langka," kata Kepala Fortis Memorial Research Institute di Gurgaon, New Delhi, dr. Krishan Chiugh. "Sampai melakukan pengujian genetik yang tepat, kami belum bisa melakukan tindakan."
Meski begitu, orangtua Kaleem terus mengupayakan bantuan untuk anaknya. Mereka masih ingin anak lelaki mereka hidup normal seperti anak-anak lainnya
Tangan Kaleem memang sudah lebih besar dan panjang dari bayi normal sejak ia lahir. Kini, ukuran tangannya yang semakin membesar hingga 33 sentimeter dengan berat 8 kilogram membuat teman-temannya mengejeknya dan ketakutan.
"Banyak teman yang mengejekku," ujar Kaleem polos pada Mirror. "Aku juga mengalami kesulitan untuk memakai pakaian, mengikat tali sepatu dan menulis. Aku terus dijauhi."
Kaleem dan keluarganya memang tidak bisa berbuat banyak. Orangtuanya hanya mendapat gaji Rp 291 ribu per bulan sehingga mereka tidak bisa membawa Kaleem berobat.
"Kami ingin sekali membawa ia ke rumah sakit, tapi tidak ada uang," tutur ayah Kaleem, Shamim. "Bahkan, saat keuangan benar-benar menipis, istriku terpaksa mengemis."
Dokter mendiagnosis pembengkakan tangan Kaleem terjadi karena peradangan ekstrem atau hamartoma, sejenis tumor jinak. Untuk menyembuhkannya, Kaleem harus dioperasi atau kemungkinan terburuk, ia bisa saja meninggal.
"Aku belum pernah melihat kasus seperti ini dan ini merupakan kondisi yang langka," kata Kepala Fortis Memorial Research Institute di Gurgaon, New Delhi, dr. Krishan Chiugh. "Sampai melakukan pengujian genetik yang tepat, kami belum bisa melakukan tindakan."
Meski begitu, orangtua Kaleem terus mengupayakan bantuan untuk anaknya. Mereka masih ingin anak lelaki mereka hidup normal seperti anak-anak lainnya

0 comments
Post a Comment