Kehidupan telah menyelimuti seluruh eksterior dan bahkan di kedalaman laut gelap gulita planet kita. Namun berapa dalam kehidupan bisa bertahan di kedalaman bawah tanah?
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bukti bahwa bakteri bisa hidup sedalam 12 mil (19 kilometer) di bawah tanah, mungkin ini bentuk kehidupan terdalam yang pernah ditemukan.
Mempelajari batas darat kehidupan biologi sangat penting untuk mengetahui bentuk kehidupan di planet lain dengan iklim dan permukaan yang jauh kurang bersahabat daripada Bumi.
"Kebanyakan penelitian melaporkan kehidupan mikroba di dalam tanah sejauh lebih dari beberapa kilometer - hanya satu mil atau lebih," kata Philippa Stoddard, sarjana geologi dan geofisika Yale University dikutip Dream.co.id dari laman Livescience.com, Rabu 10 Februari 2015.
"Dengan asumsi data kami benar, maka hal ini akan memperluas pengetahuan kita tentang seberapa luas biosfer Bumi."
Stoddard menyajikan penelitiannya di pertemuan tahunan Masyarakat Geologi Amerika yang digelar di Vancouver, British Columbia pada Oktober lalu.
Melakukan penelitian pada pengeboran minyak yang berusia hampir dua puluhan tahun, Stoddard dan rekan-rekannya meneliti batuan di Lopez Island di barat laut Washington.
Dari singkapan yang keluar ke permukaan jutaan tahun yang lalu karena proses geologi, Stoddard menemukan kandungan semacam unsur karbon ringan dengan kadar tinggi.
Tanda tersebut biasanya diproduksi oleh mikroba yang mengeluarkan senyawa metana yang mengandung karbon.
Penjelasan paling mungkin adalah bahwa bentuk kehidupan, setelah terkubur dalam kerak Bumi, telah mengubah karbon aragonit kuno. Mikroba ini begitu jauh di bawah tanah dan mereka harus menahan suhu ekstrim dan tekanan.
Hal ini menunjukkan ketahanan hidup yang dramatis yang menjadi pertanda baik bagi kemampuan untuk bertahan di lingkungan tak wajar.
"Saya berpikir bahwa penemuan ini sangat menggembirakan bagi kemungkinan adanya kehidupan di planet lain," kata Stoddard.
"Semakin banyak kita belajar tentang lingkungan yang ekstrim di planet kita sendiri, semakin kita menyadari betapa tangguh hidup ini," tambahnya.
Terkubur di perut bumi, batu basal gelap berubah menjadi aragonit karena tekanan dan panas. Seiring waktu, mikroba di sekitarnya kemudian perlahan-lahan mengubah tanda karbon dalam aragonit ini melalui ekskresi gas metana di lingkungan gelap gulita, panas dan sempit.
Air bawah permukaan yang terjebak bersama mikroba memperpanjang usia mereka di tempat seperti itu. Dan suhunya kemungkinan akan melebihi 121 derajat Celsius - batas atas bagi kehidupan yang paling keras sekalipun untuk bisa bertahan hidup.
Bagaimana mikroba ini bertahan? Semua karena adanya tekanan yang sangat tinggi dalam habitat mereka. Tekanan tersebut bahkan 5.000 kali dari tekanan yang diberikan atmosfer Bumi di permukaan laut.
Tekanan tinggi diketahui dapat menstabilkan biomolekul, seperti DNA. Tekanan tinggi tersebut telah mengimbangi efek destruktif panas Bumi.
Skenario serupa masih bisa bertahan hingga hari ini di seluruh dunia, yang berarti biosfer Bumi telah meluas hingga ke kedalaman berkilo-kilo meter dari permukaan Bumi.
"Dari beberapa dekade eksplorasi, kami telah melihat bahwa kehidupan dapat bertahan dalam keragaman ekosistem yang luar, bahkan di laut dalam dan es glasial," kata Stoddard.
"Jika di bumi dalam bisa menjadi tempat hidup bagi mikroba khusus 100 juta tahun yang lalu, maka hal itu akan terus terjadi hingga saat ini."
Pendekatan bertahan hidup di bawah tanah seperti yang ditunjukkan Stoddard mungkin juga bisa berlaku bagi kehidupan di luar angkasa, seperti di Planet Mars.
"Lingkungan bawah tanah berpotensi menjadi lokasi yang menguntungkan bagi kehidupan di luar angkasa karena mereka lebih terlindung dari kondisi permukaan yang berbahaya seperti radiasi kosmik dan dari suhu permukaan ekstrem,".
dream.co.id Penelitian baru-baru ini menunjukkan bukti bahwa bakteri bisa hidup sedalam 12 mil (19 kilometer) di bawah tanah, mungkin ini bentuk kehidupan terdalam yang pernah ditemukan.
Mempelajari batas darat kehidupan biologi sangat penting untuk mengetahui bentuk kehidupan di planet lain dengan iklim dan permukaan yang jauh kurang bersahabat daripada Bumi.
"Kebanyakan penelitian melaporkan kehidupan mikroba di dalam tanah sejauh lebih dari beberapa kilometer - hanya satu mil atau lebih," kata Philippa Stoddard, sarjana geologi dan geofisika Yale University dikutip Dream.co.id dari laman Livescience.com, Rabu 10 Februari 2015.
"Dengan asumsi data kami benar, maka hal ini akan memperluas pengetahuan kita tentang seberapa luas biosfer Bumi."
Stoddard menyajikan penelitiannya di pertemuan tahunan Masyarakat Geologi Amerika yang digelar di Vancouver, British Columbia pada Oktober lalu.
Melakukan penelitian pada pengeboran minyak yang berusia hampir dua puluhan tahun, Stoddard dan rekan-rekannya meneliti batuan di Lopez Island di barat laut Washington.
Dari singkapan yang keluar ke permukaan jutaan tahun yang lalu karena proses geologi, Stoddard menemukan kandungan semacam unsur karbon ringan dengan kadar tinggi.
Tanda tersebut biasanya diproduksi oleh mikroba yang mengeluarkan senyawa metana yang mengandung karbon.
Penjelasan paling mungkin adalah bahwa bentuk kehidupan, setelah terkubur dalam kerak Bumi, telah mengubah karbon aragonit kuno. Mikroba ini begitu jauh di bawah tanah dan mereka harus menahan suhu ekstrim dan tekanan.
Hal ini menunjukkan ketahanan hidup yang dramatis yang menjadi pertanda baik bagi kemampuan untuk bertahan di lingkungan tak wajar.
"Saya berpikir bahwa penemuan ini sangat menggembirakan bagi kemungkinan adanya kehidupan di planet lain," kata Stoddard.
"Semakin banyak kita belajar tentang lingkungan yang ekstrim di planet kita sendiri, semakin kita menyadari betapa tangguh hidup ini," tambahnya.
Terkubur di perut bumi, batu basal gelap berubah menjadi aragonit karena tekanan dan panas. Seiring waktu, mikroba di sekitarnya kemudian perlahan-lahan mengubah tanda karbon dalam aragonit ini melalui ekskresi gas metana di lingkungan gelap gulita, panas dan sempit.
Air bawah permukaan yang terjebak bersama mikroba memperpanjang usia mereka di tempat seperti itu. Dan suhunya kemungkinan akan melebihi 121 derajat Celsius - batas atas bagi kehidupan yang paling keras sekalipun untuk bisa bertahan hidup.
Bagaimana mikroba ini bertahan? Semua karena adanya tekanan yang sangat tinggi dalam habitat mereka. Tekanan tersebut bahkan 5.000 kali dari tekanan yang diberikan atmosfer Bumi di permukaan laut.
Tekanan tinggi diketahui dapat menstabilkan biomolekul, seperti DNA. Tekanan tinggi tersebut telah mengimbangi efek destruktif panas Bumi.
Skenario serupa masih bisa bertahan hingga hari ini di seluruh dunia, yang berarti biosfer Bumi telah meluas hingga ke kedalaman berkilo-kilo meter dari permukaan Bumi.
"Dari beberapa dekade eksplorasi, kami telah melihat bahwa kehidupan dapat bertahan dalam keragaman ekosistem yang luar, bahkan di laut dalam dan es glasial," kata Stoddard.
"Jika di bumi dalam bisa menjadi tempat hidup bagi mikroba khusus 100 juta tahun yang lalu, maka hal itu akan terus terjadi hingga saat ini."
Pendekatan bertahan hidup di bawah tanah seperti yang ditunjukkan Stoddard mungkin juga bisa berlaku bagi kehidupan di luar angkasa, seperti di Planet Mars.
"Lingkungan bawah tanah berpotensi menjadi lokasi yang menguntungkan bagi kehidupan di luar angkasa karena mereka lebih terlindung dari kondisi permukaan yang berbahaya seperti radiasi kosmik dan dari suhu permukaan ekstrem,".


0 comments
Post a Comment