Siapa yang bisa menepis bahwa jatuh cinta menimbulkan perasaan yang membius Anda ke alam mimpi? Di sana, hanya Anda dan si dia saling bermesraan dan melemparkan pujian. Ah… jatuh cinta memang memabukkan! Ternyata, jatuh cinta tak hanya membuat perasaan Anda terbua, tetapi juga bisa membuat Anda malas bekerja dan beraktivitas. Sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Motivation and Emotion menguraikan teori temuan Henk van Steenbergen dari Leiden University di Maryland, AS.
Steenbergen menganalisis 43 partisipan yang baru berpacaran selama kurang dari enam bulan dan meminta mereka untuk menyelesaikan sebuah tugas mengumpulkan informasi. Ternyata, menurut analisis Steenbergen, semangat jatuh cinta dan minat pada pasangan di tahap awal hubungan bisa memengaruhi fungsi kontrol kognitif seseorang.
Para partisipan, kata Steenbergen, cenderung lebih malas dan lambat dalam menyelesaikan tugas mereka. Selain itu, mereka ditemukan kurang teliti saat menuliskan laporan tugas tersebut. “Kondisi ini bisa jadi karena sifat obsesif sebuah gairah cinta yang memberikan beban lebih banyak pada pikiran sehingga berpengaruh pada kinerja partisipan,” ujar Steenbergen.
Kemudian, Steenbergen meyakini bahwa tanpa disadari saat sedang jatuh cinta, otak seseorang secara tidak langsung terdorong untuk selalu memikirkan pasangannya sepanjang waktu. Hal ini terjadi karena semangat cinta pada awal hubungan memang selalu menghadirkan sebuah kebahagiaan dan minat baru dalam diri seseorang.
Selain soal hubungan cinta dan kinerja, Steenbergen juga mempelajari mengenai ketertarikan antara dua orang yang kemudian berakhir pada hubungan asmara. Kesamaan pandangan politik, lanjut Steenbergen, sangat memengaruhi satu orang untuk jatuh hati pada lainnya.
Penjelasan Steenbergen tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dihelat oleh Dr Grossman dari Rice University yang merangkum bahwa persamaan paham politik ampuh dalam menimbulkan daya tarik antara dua pihak, yaitu pria dan wanita. Selain memiliki tujuan yang sama, pandangan politik juga mengindikasikan adanya rencana dan gaya hidup serupa baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
“Sangat sulit untuk mempertahankan hubungan ketika masing-masing pasangan memiliki pandangan dan paham politik yang berbeda,” tambah Grossman. Kemudian, persamaan prinsip politik juga diyakini mematahkan daya tarik penampilan, selera humor, dan kekayaan pasangan.
Steenbergen menganalisis 43 partisipan yang baru berpacaran selama kurang dari enam bulan dan meminta mereka untuk menyelesaikan sebuah tugas mengumpulkan informasi. Ternyata, menurut analisis Steenbergen, semangat jatuh cinta dan minat pada pasangan di tahap awal hubungan bisa memengaruhi fungsi kontrol kognitif seseorang.
Para partisipan, kata Steenbergen, cenderung lebih malas dan lambat dalam menyelesaikan tugas mereka. Selain itu, mereka ditemukan kurang teliti saat menuliskan laporan tugas tersebut. “Kondisi ini bisa jadi karena sifat obsesif sebuah gairah cinta yang memberikan beban lebih banyak pada pikiran sehingga berpengaruh pada kinerja partisipan,” ujar Steenbergen.
Kemudian, Steenbergen meyakini bahwa tanpa disadari saat sedang jatuh cinta, otak seseorang secara tidak langsung terdorong untuk selalu memikirkan pasangannya sepanjang waktu. Hal ini terjadi karena semangat cinta pada awal hubungan memang selalu menghadirkan sebuah kebahagiaan dan minat baru dalam diri seseorang.
Selain soal hubungan cinta dan kinerja, Steenbergen juga mempelajari mengenai ketertarikan antara dua orang yang kemudian berakhir pada hubungan asmara. Kesamaan pandangan politik, lanjut Steenbergen, sangat memengaruhi satu orang untuk jatuh hati pada lainnya.
Penjelasan Steenbergen tersebut berdasarkan hasil penelitian yang dihelat oleh Dr Grossman dari Rice University yang merangkum bahwa persamaan paham politik ampuh dalam menimbulkan daya tarik antara dua pihak, yaitu pria dan wanita. Selain memiliki tujuan yang sama, pandangan politik juga mengindikasikan adanya rencana dan gaya hidup serupa baik pada masa sekarang maupun masa mendatang.
“Sangat sulit untuk mempertahankan hubungan ketika masing-masing pasangan memiliki pandangan dan paham politik yang berbeda,” tambah Grossman. Kemudian, persamaan prinsip politik juga diyakini mematahkan daya tarik penampilan, selera humor, dan kekayaan pasangan.
Sumber : http://female.kompas.com
0 comments
Post a Comment