Kesehatan merupakan nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada umat manusia. Bukan hanya dilimpahkan kepada umat Muslim, mereka yang non-muslim pun juga dapat merasakan nikmatnya sehat, sehingga dengan itu mereka dapat menjalani aktivitas kesehariannya dengan lancar dan tanpa sakit. Subhanallah… kita akan senantiasa bersyukur dengan kesehatan itu semua. Tetapi, jika sakit datang seringkali kita merasa sedih karena kita tidak lagi bisa menjalani aktivitas keseharian dengan baik. Lalu, jika sehat adalah nikmat maka apakah sakit adalah musibah?
Pembaca Media Ikhram yang budiman, sungguh merupakan nikmat tersendiri dengan datangnya sakit seandainya kita dapat merenunginya. Disebutkan dalam sebuah Hadits, betapa Nabi Ayub merupakan contoh dan teladan atas kesabarannya menghadapi penyakit aneh 18 tahun lamanya. Kesabarannya membuat beliau diabadikan menjadi teladan semesta. Imam As-Syafi’ie diserang wasir karena kelamaannya menelaah ilmu. Imam Malik pernah lumpuh tangannya karena dizalimi oleh penguasa. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun pernah sakit karena terkena racun di Khaibar.
Sungguh sakit adalah ujian Allah SWT dan merupakan kemuliaan bagi orang yang sabar menghadapinya, bahkan membuat malaikat yang selalu sehat itu takjub atas kesabaran orang yang sakit. Karena pada akhir sakit itu, semua semakin mulia di mata Allah SWT bahkan juga di mata manusia. Hal ini kemudian diabadikan di akun facebook KH. Muhammad Arifin Ilham seperti dikutip Harian Republika, bahwa ada beberapa hikmah yang dapat diambil ketika sakit itu datang. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:
Sakit adalah zikrullah. Orang yang menderita sakit akan lebih khusuk dan lebih sering menyebut Asma Allah daripada ketika ia sehat.
Sakit adalah muhasabah. Mereka yang menderita sakit akan lebih punya waktu banyak dan tenang dalam merenungi, introspeksi, dan kontemplasi diri.
Sakit adalah istighfar. Jika datang sakit maka dosa-dosa akan mudah diingat sehingga dapat membimbing lisan kita untuk memohon ampunan Allah SWT. Bahkan sakit akan menguatkan tauhid, bahwa tidak ada kekuasaan yang lebih besar kecuali Allah SWT karena hanya Dia-lah yang mampu menyembuhkan penyakitnya.
Sakit adalah jihad. Mereka yang sakit tidak boleh putus asa dan menyerah, mereka diwajibkan selalu berikhtiar, berjuang demi kesembuhan dan kesehatannya.
Sakit adalah ilmu dan nasihat. Bukankah ketika kita sakit, kita akan memeriksa dan mengonsultasikan sakit kita ke dokter, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan ilmu untuk merawat kesehatan dan menghindari sakit. Bahkan kita yang sakit akan menasehati yang sehat agar jaga diri, dan yang sehat menghibur yang sakit agar bisa sembuh dan bersabar. Allah SWT mencintai dan menyayangi keduanya.
Sakit adalah silaturrahmi. Ketika sakit maka keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang menjenguk, menghibur, penuh senyum, rindu mesra. Maka itulah sakit adalah perekat tali silaturrahmi.
Sakit penghapus dosa. Mereka yang sakit akan dinyerikan dan dicuci anggota badannya oleh Allah SWT.
Sakit meningkatkan kualitas ibadah dan mustajabnya doa. Rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu. Bahkan Imam As-Suyuthi pernah keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.
Sakit menyulitkan setan. Diajak maksiat tak mampu atau tak mau. Bahkan dosa-dosa yang pernah dilakukannya perlahan disesalinya.Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis, satu sikap keinsyafan yg disukai Nabi dan para makhluk langit.
Sakit adalah ingat mati. Tanpa berziarah ke makam orang wali atau melayat tetangganya yang meninggal, orang yang sakit akan lebih mengingat mati, dan bersiap amal untuk menyambutnya. Inilah yang akan mendongkrak derajat ketakwaan kepada Allah SWT.
Pembaca Media Ikhram yang budiman, sungguh merupakan nikmat tersendiri dengan datangnya sakit seandainya kita dapat merenunginya. Disebutkan dalam sebuah Hadits, betapa Nabi Ayub merupakan contoh dan teladan atas kesabarannya menghadapi penyakit aneh 18 tahun lamanya. Kesabarannya membuat beliau diabadikan menjadi teladan semesta. Imam As-Syafi’ie diserang wasir karena kelamaannya menelaah ilmu. Imam Malik pernah lumpuh tangannya karena dizalimi oleh penguasa. Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun pernah sakit karena terkena racun di Khaibar.
Sungguh sakit adalah ujian Allah SWT dan merupakan kemuliaan bagi orang yang sabar menghadapinya, bahkan membuat malaikat yang selalu sehat itu takjub atas kesabaran orang yang sakit. Karena pada akhir sakit itu, semua semakin mulia di mata Allah SWT bahkan juga di mata manusia. Hal ini kemudian diabadikan di akun facebook KH. Muhammad Arifin Ilham seperti dikutip Harian Republika, bahwa ada beberapa hikmah yang dapat diambil ketika sakit itu datang. Di antara hikmah-hikmah itu adalah:
Sakit adalah zikrullah. Orang yang menderita sakit akan lebih khusuk dan lebih sering menyebut Asma Allah daripada ketika ia sehat.
Sakit adalah muhasabah. Mereka yang menderita sakit akan lebih punya waktu banyak dan tenang dalam merenungi, introspeksi, dan kontemplasi diri.
Sakit adalah istighfar. Jika datang sakit maka dosa-dosa akan mudah diingat sehingga dapat membimbing lisan kita untuk memohon ampunan Allah SWT. Bahkan sakit akan menguatkan tauhid, bahwa tidak ada kekuasaan yang lebih besar kecuali Allah SWT karena hanya Dia-lah yang mampu menyembuhkan penyakitnya.
Sakit adalah jihad. Mereka yang sakit tidak boleh putus asa dan menyerah, mereka diwajibkan selalu berikhtiar, berjuang demi kesembuhan dan kesehatannya.
Sakit adalah ilmu dan nasihat. Bukankah ketika kita sakit, kita akan memeriksa dan mengonsultasikan sakit kita ke dokter, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan ilmu untuk merawat kesehatan dan menghindari sakit. Bahkan kita yang sakit akan menasehati yang sehat agar jaga diri, dan yang sehat menghibur yang sakit agar bisa sembuh dan bersabar. Allah SWT mencintai dan menyayangi keduanya.
Sakit adalah silaturrahmi. Ketika sakit maka keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang menjenguk, menghibur, penuh senyum, rindu mesra. Maka itulah sakit adalah perekat tali silaturrahmi.
Sakit penghapus dosa. Mereka yang sakit akan dinyerikan dan dicuci anggota badannya oleh Allah SWT.
Sakit meningkatkan kualitas ibadah dan mustajabnya doa. Rukuk-sujud lebh khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki akhlak; kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu. Bahkan Imam As-Suyuthi pernah keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.
Sakit menyulitkan setan. Diajak maksiat tak mampu atau tak mau. Bahkan dosa-dosa yang pernah dilakukannya perlahan disesalinya.Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis, satu sikap keinsyafan yg disukai Nabi dan para makhluk langit.
Sakit adalah ingat mati. Tanpa berziarah ke makam orang wali atau melayat tetangganya yang meninggal, orang yang sakit akan lebih mengingat mati, dan bersiap amal untuk menyambutnya. Inilah yang akan mendongkrak derajat ketakwaan kepada Allah SWT.
Sumber : http://media.ikhram.com
0 comments
Post a Comment