Sunday, 23 August 2015

Karena Alquran, Wanita Pembenci Islam Ini Bersyahadat

Sudah menjadi tradisi bangsa Barat yang selalu ketakutan jika Islam bercokol di negara mereka. Ketakutan berbuah kebencian yang disulut oleh perang dan kekerasan yang terjadi di Timur Tengah itulah memunculkan istilah Islamofobia.

Islamofobia juga dialami seorang muslimah asal Amerika Serikat bernama Damianna Pearson. Lahir dan besar di Amerika, Pearson sangat membenci Islam. Namun dari kebencian itulah Pearson justru menemukan nikmat menjadi seorang muslimah.

Kisah keislaman Pearson dimulai ketika 2 menara kembar WTC di New York, AS, roboh diserang teroris yang mengatasnamakan Islam pada 9 September 2001. Sejak itu Pearson memupuk kebencian yang sangat dalam kepada apa pun yang berkaitan dengan Islam, termasuk mendukung perang terhadap Irak.

Dia bahkan mengajak anak-anaknya menyaksikan aksi tentara AS membombardir Afghanistan yang disiarkan televisi. Dia bahkan memberitahu anak-anaknya bahwa itu adalah hal paling pantas dilakukan negaranya. Meski tidak tahu di mana itu Timur Tengah, Irak, Iran, Afghanistan, atau Palestina, Pearson terus mengobarkan kebencian kepada Islam.

Dia menjadikan dirinya alat propaganda Islamofobia dengan menyebarkan berita bohong tentang semua yang berkaitan dengan Islam. Untuk menambah kadar kebencian terhadap Islam, Pearson mencari-cari ayat dalam Alquran yang mengajarkan kebencian. Namun dia justru tidak menemukan satu pun ayat yang diharapkannya. Alquran malah membuat hati dan hidupnya berubah total.

"Saya menyadari, bahwa setelah membaca Alquran, saya tidak menemukan ayat yang mengajarkan kebencian seperti yang saya inginkan. Alquran tidak mengajarkan umat Islam untuk membenci umat lainnya," Alquran telah membuat pikirannya terbuka dalam melihat orang-orang di sekitarnya, terutama muslim. Hal ini membuatnya mencintai mereka dalam cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Jadi, dia mulai mencari tahu segala peristiwa yang terjadi di berbagai tempat, termasuk kebenaran yang terjadi di Timur Tengah. Saat mempelajari itu semua, termasuk keterlibatan negaranya, Pearson baru sadar bahwa begitu banyak berita yang dimanipulasi sehingga menebarkan kebencian kepada Islam.

"Saya sakit dan menangis beberapa hari hingga saya hampir dehidrasi. Semua nyawa yang tidak berdosa hilang karena saya telah berbohong. Itu adalah hal yang paling sulit yang pernah saya harus hadapi. Untuk melihat diri saya di cermin saja sulit."

Semua yang dilakukan membekas pada diri Pearson. Pikiran memiliki tangan yang penuh darah akan selamanya membebani hatinya. Dan sejak itu Pearson memutuskan untuk mulai menyebarkan kebenaran. Dia berharap orang lain juga berbuat yang menebarkan kebenaran tentang Islam. "Saya selalu berdoa agar bisa menjangkau lebih banyak orang untuk menyebarkan kebenaran daripada saat melakukan dengan kebohongan."

#Sumber 


Daftar Gratis Download Theme Premium, SEO Friendly, Free Support, Free Setup





Jasa Pembuatan Skripsi




JUAL RIBUAN THEME WORDPRESS 150K KLIK DISINI

0 comments

Post a Comment