Ketika kita membeli handphone baru, maka kita akan dibekali charger, earphone, dan dusbook. Namun, tak jarang di antara kita yang mengalami kehilangan. Salah satunya, seperti charger. Hal yang bisa kita lakukan adalah menggunakan charger beda merek. Tapi, jangan asal pakai charger handphone beda merek. Handphone merupakan barang yang sangat penting di era sekarang. Namun, handphone tidak dapat hidup sepanjang waktu karena keterbatasan daya baterai. Maka dari itu, handphone harus di charge. Namun, terkadang beberapa orang menggunakan charger yang bukan asli untuk gadget tersebut. Banyaknya merek charger membuat orang asal colok yang penting baterai terisi.
Sebagai contohnya adalah handphone dengan merek Sony, Blackberry, Samsung dan hampir semua merek menggunakan charger dengan colokan yang universal. Sebenarnya tujuan utama dari penggunaan charger universal agar dapat ditemui atau dijumpau di beberapa toko jika hilang. Tapi hal ini justru disalah artikan oleh banyak orang. Mereka tidak memperhatikan charger asli untuk dibawa, bahkan keberadaan power bank juga menjadi salah satu akibatnya.
Apabila charger kita hilang atau ketinggalan maka kita dapat meminjam charger orang lain. Namun, jika itu satu merek bahkan satu tipe tidak akan menjadi masalah. Lalu apa saja dampak pakai charger yang bukan aslinya? Hal pertama yang harus diperhatikan ketika menggunakan charger dari merek lain adalah kode-kode yang terdapat pada charger atupun gadget, seperti output, input, dan mA.
Pada negara-negara maju seperti Jepang, biasanya mereka mempunyai voltase listrik sebesar 100 sampai 110 V. Meskipun dulu Indonesia pernah menerapkan voltase listrik sebesar 110 V, tapi untuk sekarang kita menggunakan 220 V. Padahal voltase 110 V lebih aman dibanding 220 V. Apabila kita membawa dan menggunakan produk Jepang di Indonesia maka kemungkinan produk tersebut bisa rusak karena perbedaan voltase. Namun bagi charger yang mempunyai voltase 100-240 V, maka aman karena rangenya yang lebih luas. Apabila produk masuk secara legal maka akan dilakukan penyetaraan dengan negara Indonesia maka gadget akan lebih aman untuk digunakan.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam penggunaan charger adalah outputnya. Output merupakan keluaran volt yang akan diterima oleh gadget kita. Sehingga kita harus lebih memperhatikan volt yang dikeluarkan charger untuk kemudian dimasukkan ke handphone kita. Sebagai contohnya apabila handphone kita hanya membutuhkan 6 V namun output yang digunakan melebihi 6 V tersebut maka bahaya menggunakan charger yang bukan tipenya kemungkinan gadget kita dapat hangus karena tegangan berlebih.
Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah mA. mA ini akan menentukan kecepatan dalam proses charging. Semakin tinggi angka mA maka semakin tinggi pula kecepatan proses charging per jamnya. Ini bukan berarti kita harus menggunakan charging dengan nilai mA yang tinggi agar cepat proses chargingnya. Terdapat hal lain yang perlu diperhatikan yakni baterai. Terkadang ada baterai yang apabila di charge mengalami panas dan bahkan sampai rusak karena arus yang terlalu berlebihan. Sehingga umur baterai menjadi lebih pendek. Oleh karenya kita perlu memperhatikannya agar baterai handphone dapat bertahan lama.
Sebagai contohnya adalah handphone dengan merek Sony, Blackberry, Samsung dan hampir semua merek menggunakan charger dengan colokan yang universal. Sebenarnya tujuan utama dari penggunaan charger universal agar dapat ditemui atau dijumpau di beberapa toko jika hilang. Tapi hal ini justru disalah artikan oleh banyak orang. Mereka tidak memperhatikan charger asli untuk dibawa, bahkan keberadaan power bank juga menjadi salah satu akibatnya.
Apabila charger kita hilang atau ketinggalan maka kita dapat meminjam charger orang lain. Namun, jika itu satu merek bahkan satu tipe tidak akan menjadi masalah. Lalu apa saja dampak pakai charger yang bukan aslinya? Hal pertama yang harus diperhatikan ketika menggunakan charger dari merek lain adalah kode-kode yang terdapat pada charger atupun gadget, seperti output, input, dan mA.
Pada negara-negara maju seperti Jepang, biasanya mereka mempunyai voltase listrik sebesar 100 sampai 110 V. Meskipun dulu Indonesia pernah menerapkan voltase listrik sebesar 110 V, tapi untuk sekarang kita menggunakan 220 V. Padahal voltase 110 V lebih aman dibanding 220 V. Apabila kita membawa dan menggunakan produk Jepang di Indonesia maka kemungkinan produk tersebut bisa rusak karena perbedaan voltase. Namun bagi charger yang mempunyai voltase 100-240 V, maka aman karena rangenya yang lebih luas. Apabila produk masuk secara legal maka akan dilakukan penyetaraan dengan negara Indonesia maka gadget akan lebih aman untuk digunakan.
Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam penggunaan charger adalah outputnya. Output merupakan keluaran volt yang akan diterima oleh gadget kita. Sehingga kita harus lebih memperhatikan volt yang dikeluarkan charger untuk kemudian dimasukkan ke handphone kita. Sebagai contohnya apabila handphone kita hanya membutuhkan 6 V namun output yang digunakan melebihi 6 V tersebut maka bahaya menggunakan charger yang bukan tipenya kemungkinan gadget kita dapat hangus karena tegangan berlebih.
Hal lain yang harus menjadi perhatian adalah mA. mA ini akan menentukan kecepatan dalam proses charging. Semakin tinggi angka mA maka semakin tinggi pula kecepatan proses charging per jamnya. Ini bukan berarti kita harus menggunakan charging dengan nilai mA yang tinggi agar cepat proses chargingnya. Terdapat hal lain yang perlu diperhatikan yakni baterai. Terkadang ada baterai yang apabila di charge mengalami panas dan bahkan sampai rusak karena arus yang terlalu berlebihan. Sehingga umur baterai menjadi lebih pendek. Oleh karenya kita perlu memperhatikannya agar baterai handphone dapat bertahan lama.
#Sumber
0 comments
Post a Comment