Sebuah fenomena unik terlihat di permukaan matahari. Para astronom melihat adanya “kebocoran” pada lapisan teratas dan medan magnet bintang yang menjadi pusat tata surya itu. Ukuran lubang itu sangat besar. Sekitar 50 kali ukuran Bumi. Bagian lapisan teratas matahari yang “berlubang” itu terlihat hitam daripada bagian di sekitarnya. Fenomena yang terekam kamera satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Solar Dynamics Observatory, pada 10 Oktober itu disebut sebagai “lubang korona”. Para ilmuwan mengklaim fenomena yang dipotret gelombang panjang ultraviolet itu belum pernah terlihat oleh manusia.
Para ilmuwan mengatakan, lubang ini memungkinkan terjadinya pelepasan materi coronal yang juga disebut sebagai angin surya super cepat. Kecepatan partikel itu bisa mencapai 800 kilometer perdetik. Fenomena ini memicu terjadinya aurora, yang terlihat di langit Bumi –terutama bagian utara– dalam beberapa malam. Tapi tenang saja, para ilmuwan menyebut fenomena ini tak membahayakan manusia. Sebab merupakan fenomena wajar yang kerap terjadi dalam siklus 11 tahunan matahari. Hanya saja, fenomena ini kemungkinan bisa memengaruhi beberapa navigasi satelit dan sinyal radio komunikasi.
Seorang ilmuwan memperingatkan terjadinya badai matahari super yang dapat mengancam kehidupan di muka bumi. Badai tersebut disebabkan oleh letusan luar biasa di permukaan matahari yang dampaknya bisa sampai ke bumi.Badai matahari super ini akan mendatangkan malapetaka di muka bumi, terutama sistem komunikasi dan pasokan energi, termasuk listrik. Sarana transportasi terancam lumpuh. Demikian pula pasokan obat-obatan.
"Tanpa energi, masyarakat akan bersaing untuk mengisi bahan bakar di stasiun bahan bakar, mengambil uang cash atau membayar secara online," kata ilmuwan Ashley Dale."Air dan pembuangan kotoran akan terpengaruh juga, yang berarti epidemi kesehatan di wilayah perkotaan akan terancam dengan penyakit yang kita pikir telah hilang berabad silam akan kembali," tambah peneliti yang tergabung dalam Satuan Tugas Internasional yang disebut dengan nama Solarmax--bertugas mengidentifikasi risiko badai matahari.
Badai matahari super ini disebabkan letusan yang disertai dengan coronal mass ejections atau CMEs. CMSe merupakan peristiwa paling enerjik dalam tata surya, termasuk gelembung raksasa yang mengandung medan plasma dan magnet yang dilontarkan dari permukaan matahari ke luar angkasa.Peristiwa ini sering didahului oleh solar flare atau lidah matahari--pelepasan energi matahari dalam bentuk sinar gamma, sinar-X, proton dan elektron. Badai matahari super akan terjadi jika medan magnet yang terkandung dalam CME cukup untuk menyelubungi bumi.
Peristiwa itu akan menyebabkan lonjakan besar arus listrik di tanah dan jalur transmisi. Sehingga terjadi pemadaman listrik secara meluas dan merusak peralatan listrik. Peristiwa ini disebut blackout.Dale, yang menempuh program doktor teknik kedirgantaraan di Universitas Bristol, mengatakan terjadinya badai matahari super itu tinggal menunggu waktu, sebelum badai matahari terdorong hingga ke bumi.
Badai matahari terbesar sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1859 yang dikenal dengan peristiwa Carrington Event. Nama itu diambil dari astronot Inggris yang berhasil melihat lidah api sebelum terjadi badai matahari.CME yang dilepaskan dalam peristiwa tersebut sekitar 1022 kJ atau setara dengan 10 miliar bom yang meledak di Kota Hiroshima. Peristiwa itu juga disertai lontaran partikel menuju ke arah bumi dengan kecepatan lebih dari 3.000 kilometer perdetik.
Namun, dampak terhadap manusia kala itu masih relatif ringan. Sebab, perangkat elektronik saat itu masih belum sebanyak sekarang. Kala itu, jaringan telegrap tidak lebih dari 200.000 kilometer.Dale menyebut peristiwa seperti itu tidak bisa dihindarkan lagi. Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, telah memprediksi bahwa bumi rata-rata berada pada situasi seperti peristiwa Carington setiap 150 tahun sekali.Jika demikan prediksinya, peristiwa badai matahari super seperti Carington tersebut seharusnya terjadi lima tahun yang lalu. Dan kemungkinan peristiwa seperti itu akan terjadi pada dekade berikutnya.
Badai matahari masih menjadi ancaman bagi kehidupan di Bumi. Pemadaman listrik secara massal, kerusakan satelit, dan lumpuhnya transportasi, menjadi dampak yang ditimbulkan. Yang lebih buruk lagi, Coronal Mass Ejection [CME] atau lontaran massa korona akibat badai matahari diprediksi menuju ke arah Bumi dalam waktu singkat. Hanya dalam hitungan jam.Dokumen dari Kantor Kabinet Inggris menyebut hanya ada waktu 12 jam untuk melakukan peringatan dan bersiap memghadapi bencana yang ditimbulkan oleh badai matahari seperti itu.
Kemungkinan terburuk itulah yang mendasari Strategi Kesiapsiagaan Cuaca Luar Angkasa Pemerintah Inggris untuk mengembangkan panduan menguraikan apa saja yang harus dilakukan jika menghadapi badai matahari besar. Laporan itu menyebut skenario terburuk dari badai matahari adalah CME. Dalam kasus badai matahari seperti itu, aorora plasma yang mengelilingi Bumi akan koyak. Jika sudah demikian, maka partikel berenergi tinggi dan sinar-X akan terlontar ke arah Bumi.
Pengembangan strategi kesiapsiagaan itu dilakukan setelah para ilmuwan mempelajari peristiwa Carrington, kala lontaran massa korona besar, menerjang Bumi pada 1859. "Secara umum, semakin cepat lontaran, semakin besar potensi dampaknya," demikian kutipan laporan tersebut. "Carrington event, misalnya, menuju ke Bumi dalam waktu 18 jam. Oleh karena itu skenario terburuk hanya ada waktu 12 jam dari pengamatan hingga pada dampaknya."
Laporan ini memprediksi, jika peristiwa itu terjadi pada era yang sudah modern ini, maka akan menyebabkan pemadaman listrik secara luas dan gangguan satelit komunikasi. Para peneliti mengatakan badai matahari akan berdampak pada sistim GPS dan radio komunikasi frekuensi tinggim, yang akan menyebabkan gangguan pada kereta, kapal, dan pesawat terbang.
Para penulis laporan itu yakin untuk mengatasi fenomena ini, negara-negara harus mendesain infrastruktur keamanan, mengembangkan sistem peringatan yang cukup, dan punya prosedur kedaruratan. Laporan ini juga menyebut masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong sektor yang berpotensi terdampak badai matahari untuk mengadopsi langkah-langkah penanggulangan untuk memperkecil dampaknya.
Para ilmuwan mengatakan, lubang ini memungkinkan terjadinya pelepasan materi coronal yang juga disebut sebagai angin surya super cepat. Kecepatan partikel itu bisa mencapai 800 kilometer perdetik. Fenomena ini memicu terjadinya aurora, yang terlihat di langit Bumi –terutama bagian utara– dalam beberapa malam. Tapi tenang saja, para ilmuwan menyebut fenomena ini tak membahayakan manusia. Sebab merupakan fenomena wajar yang kerap terjadi dalam siklus 11 tahunan matahari. Hanya saja, fenomena ini kemungkinan bisa memengaruhi beberapa navigasi satelit dan sinyal radio komunikasi.
Seorang ilmuwan memperingatkan terjadinya badai matahari super yang dapat mengancam kehidupan di muka bumi. Badai tersebut disebabkan oleh letusan luar biasa di permukaan matahari yang dampaknya bisa sampai ke bumi.Badai matahari super ini akan mendatangkan malapetaka di muka bumi, terutama sistem komunikasi dan pasokan energi, termasuk listrik. Sarana transportasi terancam lumpuh. Demikian pula pasokan obat-obatan.
"Tanpa energi, masyarakat akan bersaing untuk mengisi bahan bakar di stasiun bahan bakar, mengambil uang cash atau membayar secara online," kata ilmuwan Ashley Dale."Air dan pembuangan kotoran akan terpengaruh juga, yang berarti epidemi kesehatan di wilayah perkotaan akan terancam dengan penyakit yang kita pikir telah hilang berabad silam akan kembali," tambah peneliti yang tergabung dalam Satuan Tugas Internasional yang disebut dengan nama Solarmax--bertugas mengidentifikasi risiko badai matahari.
Badai matahari super ini disebabkan letusan yang disertai dengan coronal mass ejections atau CMEs. CMSe merupakan peristiwa paling enerjik dalam tata surya, termasuk gelembung raksasa yang mengandung medan plasma dan magnet yang dilontarkan dari permukaan matahari ke luar angkasa.Peristiwa ini sering didahului oleh solar flare atau lidah matahari--pelepasan energi matahari dalam bentuk sinar gamma, sinar-X, proton dan elektron. Badai matahari super akan terjadi jika medan magnet yang terkandung dalam CME cukup untuk menyelubungi bumi.
Peristiwa itu akan menyebabkan lonjakan besar arus listrik di tanah dan jalur transmisi. Sehingga terjadi pemadaman listrik secara meluas dan merusak peralatan listrik. Peristiwa ini disebut blackout.Dale, yang menempuh program doktor teknik kedirgantaraan di Universitas Bristol, mengatakan terjadinya badai matahari super itu tinggal menunggu waktu, sebelum badai matahari terdorong hingga ke bumi.
Badai matahari terbesar sepanjang sejarah terjadi pada tahun 1859 yang dikenal dengan peristiwa Carrington Event. Nama itu diambil dari astronot Inggris yang berhasil melihat lidah api sebelum terjadi badai matahari.CME yang dilepaskan dalam peristiwa tersebut sekitar 1022 kJ atau setara dengan 10 miliar bom yang meledak di Kota Hiroshima. Peristiwa itu juga disertai lontaran partikel menuju ke arah bumi dengan kecepatan lebih dari 3.000 kilometer perdetik.
Namun, dampak terhadap manusia kala itu masih relatif ringan. Sebab, perangkat elektronik saat itu masih belum sebanyak sekarang. Kala itu, jaringan telegrap tidak lebih dari 200.000 kilometer.Dale menyebut peristiwa seperti itu tidak bisa dihindarkan lagi. Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, telah memprediksi bahwa bumi rata-rata berada pada situasi seperti peristiwa Carington setiap 150 tahun sekali.Jika demikan prediksinya, peristiwa badai matahari super seperti Carington tersebut seharusnya terjadi lima tahun yang lalu. Dan kemungkinan peristiwa seperti itu akan terjadi pada dekade berikutnya.
Badai matahari masih menjadi ancaman bagi kehidupan di Bumi. Pemadaman listrik secara massal, kerusakan satelit, dan lumpuhnya transportasi, menjadi dampak yang ditimbulkan. Yang lebih buruk lagi, Coronal Mass Ejection [CME] atau lontaran massa korona akibat badai matahari diprediksi menuju ke arah Bumi dalam waktu singkat. Hanya dalam hitungan jam.Dokumen dari Kantor Kabinet Inggris menyebut hanya ada waktu 12 jam untuk melakukan peringatan dan bersiap memghadapi bencana yang ditimbulkan oleh badai matahari seperti itu.
Kemungkinan terburuk itulah yang mendasari Strategi Kesiapsiagaan Cuaca Luar Angkasa Pemerintah Inggris untuk mengembangkan panduan menguraikan apa saja yang harus dilakukan jika menghadapi badai matahari besar. Laporan itu menyebut skenario terburuk dari badai matahari adalah CME. Dalam kasus badai matahari seperti itu, aorora plasma yang mengelilingi Bumi akan koyak. Jika sudah demikian, maka partikel berenergi tinggi dan sinar-X akan terlontar ke arah Bumi.
Pengembangan strategi kesiapsiagaan itu dilakukan setelah para ilmuwan mempelajari peristiwa Carrington, kala lontaran massa korona besar, menerjang Bumi pada 1859. "Secara umum, semakin cepat lontaran, semakin besar potensi dampaknya," demikian kutipan laporan tersebut. "Carrington event, misalnya, menuju ke Bumi dalam waktu 18 jam. Oleh karena itu skenario terburuk hanya ada waktu 12 jam dari pengamatan hingga pada dampaknya."
Laporan ini memprediksi, jika peristiwa itu terjadi pada era yang sudah modern ini, maka akan menyebabkan pemadaman listrik secara luas dan gangguan satelit komunikasi. Para peneliti mengatakan badai matahari akan berdampak pada sistim GPS dan radio komunikasi frekuensi tinggim, yang akan menyebabkan gangguan pada kereta, kapal, dan pesawat terbang.
Para penulis laporan itu yakin untuk mengatasi fenomena ini, negara-negara harus mendesain infrastruktur keamanan, mengembangkan sistem peringatan yang cukup, dan punya prosedur kedaruratan. Laporan ini juga menyebut masih banyak yang harus dilakukan untuk mendorong sektor yang berpotensi terdampak badai matahari untuk mengadopsi langkah-langkah penanggulangan untuk memperkecil dampaknya.
#Sumber
0 comments
Post a Comment