Kehidupan semua makhluk hidup terletak di alam semesta ini. Alam semesta tidak terbentuk dengan sendirinya. Terjadi beberapa peristiwa yang diyakini sebagai pembentukan alam semesta ini. Namun, terdapat satu teori yang sering dipakai sebagai salah satu alasan terbentuknya alam yaitu teori Big Bang, salah satu teori terciptanya alam semesta.
Kata Big Bang sering kita dengar terutama jika kita sedang membahas mengenai bagaimana terciptanya alam semesta. Beberapa ahli mengeluarkan berbagai pendapatnya mengenai teori yang dapat menjelaskan tentang proses terbentuknya alam semesta. Big Bang dapat diartikan sebagai ledakan besar atupun dentuman dahsyat di dalam kosmologi. Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan dan bentuk awal alam semesta. Pada teori ini dijelaskan bahwa alam semseta terbentuk dari kondisi yang sangat panas dan padat. Kondisi ini terus berkembang dari waktu ke waktu, bahkan hingga 13.700 tahun yang lalu.
Bagi kita mungkin, bumi ini sudah terlalu besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengelilinginya secara penuh. Namun, sebenarnya bumi hanyalah satu titik kecil jika kita bandingkan dengan apa yang ada di alam semesta ini. Terlebih jika dibandingkan dengan alam semesta sebelum terjadinya Big Bang dimana alam semesta masih menjadi satu dan membentuk suatu massa yang sangat besar.
Untuk lebih jelasnya, Stephen Hawking menjelaskan mengenai teori pembentukan alam semesta. Ia menjelaskan bahwa ledakan yang terjadi berawal dari adanya massa yang sangat besar dan berat jenis yang besar pula. Hal ini menimbulkan reaksi pada inti massa sehingga menyebabkan ledakan besar. Ledakan yang terjadi membuat massa alam semesta terpecah dan terpental jauh dari pusat ledakan. Bahan atau pecahan dari alam semesta ini kemudian membentuk beberapa kelompok yang sering kita sebut dengan galaksi dalam tata surya akibat teori Big Bang ledakan besar.
Beberapa ilmuwan meyakini bahwa teori Big Bang-lah yang membentuk sistem tata surya. Di dalam teori ini terdapat teori sentral yang menjelaskan tentang teori relativitas umum. Teori ini dapat digabungkan dengan bagaimana hasil pemantauan secara skala besar dalam pergerakan galaksi satu sama lain. Tidak hanya itu, hal ini juga dapat memperkirakan bahwa pada waktu tertentu alam semesta akan terus atau bahkan kembali. Teori penciptaan alam ini memiliki konsekuensi alami yang menjelaskan tentang muatan alam semesta yang sangat panas dan padat pada masa lampau.
Seorang astronom Amerika Serikat yakni Edwin Hubble melakukan sebuah observasi dengan melihat galaksi yang bergerak jauh dan selalu menjauhi kita dengan cepat. Selain itu, dia juga menemukan bahwa galaksi-galaksi yang ada di alam semesta, semakin lama akan semakin menjauh atau bertambah jaraknya. Hal ini dipercaya Hubble sebagai salah satu bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta yang kita tempati tidaklah statis melainkan dinamis. Terjadi pergerakan-pergerakan di setiap waktunya yang menyebabkan alam semesta semakin mengembang. Berdasarkan hal ini, kemudian ia menduga bahwa pembentukan alam semesta juga bermula dari kedinamisan yang membuatnya semakin mengembang dan pada akhirnya dapat membuat suatu ledakan besar.
Pada saat itu, alam semesta memiliki ukuran hingga nol namun memiliki tingkat panas dan kerapatan yang sangat tinggi. Hal ini membuat alam semesta tidak mampu menahan panas dan kerapatan yang ada sehingga membuatnya meledak dengan laju pengembangan krisis dan sangat lambat sehingga membuatnya semakin mengerut dan kosong. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, alam akan semakin berkembang meskipun tanpa kejadian-kejadian tertentu. Secara keseluruhan alam smesta akan terus mengembang dan dingin.
Kata Big Bang sering kita dengar terutama jika kita sedang membahas mengenai bagaimana terciptanya alam semesta. Beberapa ahli mengeluarkan berbagai pendapatnya mengenai teori yang dapat menjelaskan tentang proses terbentuknya alam semesta. Big Bang dapat diartikan sebagai ledakan besar atupun dentuman dahsyat di dalam kosmologi. Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan dan bentuk awal alam semesta. Pada teori ini dijelaskan bahwa alam semseta terbentuk dari kondisi yang sangat panas dan padat. Kondisi ini terus berkembang dari waktu ke waktu, bahkan hingga 13.700 tahun yang lalu.
Bagi kita mungkin, bumi ini sudah terlalu besar dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengelilinginya secara penuh. Namun, sebenarnya bumi hanyalah satu titik kecil jika kita bandingkan dengan apa yang ada di alam semesta ini. Terlebih jika dibandingkan dengan alam semesta sebelum terjadinya Big Bang dimana alam semesta masih menjadi satu dan membentuk suatu massa yang sangat besar.
Untuk lebih jelasnya, Stephen Hawking menjelaskan mengenai teori pembentukan alam semesta. Ia menjelaskan bahwa ledakan yang terjadi berawal dari adanya massa yang sangat besar dan berat jenis yang besar pula. Hal ini menimbulkan reaksi pada inti massa sehingga menyebabkan ledakan besar. Ledakan yang terjadi membuat massa alam semesta terpecah dan terpental jauh dari pusat ledakan. Bahan atau pecahan dari alam semesta ini kemudian membentuk beberapa kelompok yang sering kita sebut dengan galaksi dalam tata surya akibat teori Big Bang ledakan besar.
Beberapa ilmuwan meyakini bahwa teori Big Bang-lah yang membentuk sistem tata surya. Di dalam teori ini terdapat teori sentral yang menjelaskan tentang teori relativitas umum. Teori ini dapat digabungkan dengan bagaimana hasil pemantauan secara skala besar dalam pergerakan galaksi satu sama lain. Tidak hanya itu, hal ini juga dapat memperkirakan bahwa pada waktu tertentu alam semesta akan terus atau bahkan kembali. Teori penciptaan alam ini memiliki konsekuensi alami yang menjelaskan tentang muatan alam semesta yang sangat panas dan padat pada masa lampau.
Seorang astronom Amerika Serikat yakni Edwin Hubble melakukan sebuah observasi dengan melihat galaksi yang bergerak jauh dan selalu menjauhi kita dengan cepat. Selain itu, dia juga menemukan bahwa galaksi-galaksi yang ada di alam semesta, semakin lama akan semakin menjauh atau bertambah jaraknya. Hal ini dipercaya Hubble sebagai salah satu bukti yang menunjukkan bahwa alam semesta yang kita tempati tidaklah statis melainkan dinamis. Terjadi pergerakan-pergerakan di setiap waktunya yang menyebabkan alam semesta semakin mengembang. Berdasarkan hal ini, kemudian ia menduga bahwa pembentukan alam semesta juga bermula dari kedinamisan yang membuatnya semakin mengembang dan pada akhirnya dapat membuat suatu ledakan besar.
Pada saat itu, alam semesta memiliki ukuran hingga nol namun memiliki tingkat panas dan kerapatan yang sangat tinggi. Hal ini membuat alam semesta tidak mampu menahan panas dan kerapatan yang ada sehingga membuatnya meledak dengan laju pengembangan krisis dan sangat lambat sehingga membuatnya semakin mengerut dan kosong. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, alam akan semakin berkembang meskipun tanpa kejadian-kejadian tertentu. Secara keseluruhan alam smesta akan terus mengembang dan dingin.
#Sumber
0 comments
Post a Comment