Sebuah desa di India memiliki 300 bangunan yang tidak memiliki pintu. Bahkan, sebagian besar toilet di desa ini juga tidak mempunyai pintu.
"Untuk alasan privasi dan mengikuti permintaan pelanggan wanita, saya baru-baru ini sepakat untuk menempatkan sebuah tirai tipis di dekat pintu masuk, tetapi tidak di pintunya karena itu akan bertentangan dengan keyakinan saya," jelas Parmeshwar Mane, seorang penjaga toko di desa tersebut.
Karena sebagian besar rumah dan bangunan di desa ini tidak memiliki pintu, orang yang hendak bertamu biasanya akan berteriak untuk memanggil tuan rumah.
Penduduk Desa Shani Shingnapur di Maharashtra, India, merasa tidak perlu memasang pintu karena mereka percaya bahwa Shani, Dewa Saturnus, akan melindungi mereka.
Menurut legenda masyarakat setempat, berabad-abad yang lalu, sebuah lempengan besi dan batu terbawa arus sampai ke tepi sungai di dekatnya selama banjir. Ketika seorang penggembala menyodok lempengan itu dengan tongkat, itu mulai mengucurkan darah.
Malamnya, Shani muncul di dalam mimpi kepala desa dan mengungkapkan bahwa lempengan itu adalah junjungannya. Dia mengatakan kepada warga bahwa dewanya sangat kuat, dan dia juga mengatakan bahwa penduduk desa tidak perlu menginstal pintu lagi, karena dia akan selalu melindungi mereka dari segala jenis bahaya.
"Kekuatan Shani sangat besar, sehingga jika seseorang mencuri, dia akan terus berjalan sepanjang malam dan berpikir dia telah meninggalkan desa, tetapi ketika matahari terbit dia masih berada di tempat itu," kata Balasaheb Borude, seorang pekerja pabrik di desa tersebut.
Masyarakat juga percaya bahwa siapa pun yang melakukan dosa di desa tersebut, akan menghadapi Sade Saati, yang berarti mendapat kesialan selama tujuh setengah tahun. Sampai hari ini, lempengan batu dan besi sepanjang setengah meter itu masih terus disembah di kuil desa, di mana itu ditempatkan di area terbuka.
Bagi mereka yang baru masuk ke desa itu, menyesuaikan diri dengan kebiasaan aneh itu mungkin akan terasa menakutkan pada awalnya. Seperti kisah Rupali Shah, yang merasa terkejut ketika dia pertama kali diberitahu tentang rumah tunangannya yang tak berpintu.
"Beberapa tahun yang lalu, ketika saya diberitahu bahwa saya harus tinggal di Shani Shingnapur setelah menikah, saya sangat gugup," katanya. "Saya tidak pernah tinggal di rumah tak berpintu. Ketika saya akhirnya datang ke sini, mertua dan suami saya mengatakan kepada saya untuk tidak menyimpan barang berharga di dalam tempat yang terkunci, dan saat itu saya merasa sangat khawatir. Sekarang, tentu saja, saya tidak punya masalah dengan tradisi itu dan saya sering meninggalkan rumah terbuka, ketika mengunjungi tetangga.
Meskipun Shani Shingnapur telah bebas dari pencurian selama berabad-abad, reputasi desa ini rupanya sempat terkoyak karena kasus perampokan yang terjadi baru-baru ini. Pada tahun 2010, seorang pengunjung mengeluh bahwa uang tunai dan barang berharganya senilai 35.000 rupee (sekitar Rp 7,1 juta) telah dicuri dari kendaraannya. Tetapi kasus ini kemudian dihentikan karena masyarakat bersikeras bahwa itu terjadi di luar desa mereka.
Kemudian pada tahun 2011, perhiasan emas senilai 70.000 rupee (sekitar Rp 14,3 juta) dicuri dari lemari pengurus kuil yang terkunci. Pencurian kecil lainnya telah dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut seorang polisi senior di desa itu, perekonomian desa berputar di sekitar kuil, sehingga legenda tentang tidak adanya pencurian di desa itu dianggap penting untuk meningkatkan popularitas Shani Shingnapur.
Bahkan, ada banyak kasus pencurian yang tidak dilaporkan karena tekanan dari penduduk desa. Pihak berwajib pun mencoba untuk tidak mengganggu penduduk, selama keyakinan ini tidak mengarah pada masalah keamanan.
merdeka.com "Untuk alasan privasi dan mengikuti permintaan pelanggan wanita, saya baru-baru ini sepakat untuk menempatkan sebuah tirai tipis di dekat pintu masuk, tetapi tidak di pintunya karena itu akan bertentangan dengan keyakinan saya," jelas Parmeshwar Mane, seorang penjaga toko di desa tersebut.
Karena sebagian besar rumah dan bangunan di desa ini tidak memiliki pintu, orang yang hendak bertamu biasanya akan berteriak untuk memanggil tuan rumah.
Penduduk Desa Shani Shingnapur di Maharashtra, India, merasa tidak perlu memasang pintu karena mereka percaya bahwa Shani, Dewa Saturnus, akan melindungi mereka.
Menurut legenda masyarakat setempat, berabad-abad yang lalu, sebuah lempengan besi dan batu terbawa arus sampai ke tepi sungai di dekatnya selama banjir. Ketika seorang penggembala menyodok lempengan itu dengan tongkat, itu mulai mengucurkan darah.
Malamnya, Shani muncul di dalam mimpi kepala desa dan mengungkapkan bahwa lempengan itu adalah junjungannya. Dia mengatakan kepada warga bahwa dewanya sangat kuat, dan dia juga mengatakan bahwa penduduk desa tidak perlu menginstal pintu lagi, karena dia akan selalu melindungi mereka dari segala jenis bahaya.
"Kekuatan Shani sangat besar, sehingga jika seseorang mencuri, dia akan terus berjalan sepanjang malam dan berpikir dia telah meninggalkan desa, tetapi ketika matahari terbit dia masih berada di tempat itu," kata Balasaheb Borude, seorang pekerja pabrik di desa tersebut.
Masyarakat juga percaya bahwa siapa pun yang melakukan dosa di desa tersebut, akan menghadapi Sade Saati, yang berarti mendapat kesialan selama tujuh setengah tahun. Sampai hari ini, lempengan batu dan besi sepanjang setengah meter itu masih terus disembah di kuil desa, di mana itu ditempatkan di area terbuka.
Bagi mereka yang baru masuk ke desa itu, menyesuaikan diri dengan kebiasaan aneh itu mungkin akan terasa menakutkan pada awalnya. Seperti kisah Rupali Shah, yang merasa terkejut ketika dia pertama kali diberitahu tentang rumah tunangannya yang tak berpintu.
"Beberapa tahun yang lalu, ketika saya diberitahu bahwa saya harus tinggal di Shani Shingnapur setelah menikah, saya sangat gugup," katanya. "Saya tidak pernah tinggal di rumah tak berpintu. Ketika saya akhirnya datang ke sini, mertua dan suami saya mengatakan kepada saya untuk tidak menyimpan barang berharga di dalam tempat yang terkunci, dan saat itu saya merasa sangat khawatir. Sekarang, tentu saja, saya tidak punya masalah dengan tradisi itu dan saya sering meninggalkan rumah terbuka, ketika mengunjungi tetangga.
Meskipun Shani Shingnapur telah bebas dari pencurian selama berabad-abad, reputasi desa ini rupanya sempat terkoyak karena kasus perampokan yang terjadi baru-baru ini. Pada tahun 2010, seorang pengunjung mengeluh bahwa uang tunai dan barang berharganya senilai 35.000 rupee (sekitar Rp 7,1 juta) telah dicuri dari kendaraannya. Tetapi kasus ini kemudian dihentikan karena masyarakat bersikeras bahwa itu terjadi di luar desa mereka.
Kemudian pada tahun 2011, perhiasan emas senilai 70.000 rupee (sekitar Rp 14,3 juta) dicuri dari lemari pengurus kuil yang terkunci. Pencurian kecil lainnya telah dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut seorang polisi senior di desa itu, perekonomian desa berputar di sekitar kuil, sehingga legenda tentang tidak adanya pencurian di desa itu dianggap penting untuk meningkatkan popularitas Shani Shingnapur.
Bahkan, ada banyak kasus pencurian yang tidak dilaporkan karena tekanan dari penduduk desa. Pihak berwajib pun mencoba untuk tidak mengganggu penduduk, selama keyakinan ini tidak mengarah pada masalah keamanan.
0 comments
Post a Comment